WELLCOME TO MY SIMPLE BLOG. PELASE ENJOY IT... ....!!!

Selasa, 29 Maret 2011

Garam dan Telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.  Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya.


Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak tua itu. 


"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. 


Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.  Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.


"Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?". 


"Segar.", sahut tamunya.


"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi.


"Tidak", jawab si anak muda. 


Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.


"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.  "Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. 
Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."  

"Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan." 


Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa. (dari berbagai sumber)

Senin, 14 Maret 2011

Sejarah Harakat

A.  Pendahuluan
       Al-Qur’an diturunkan 14 abad yang lalu pada konteks masyarakat Arab yang belum begitu mengenal tradisi tulis-menulis. Bisa dikatakan bahwa yang mengenal tulisan Arab hanya beberapa orang saja seperti Ali bin Abi Thalib, Umar bin al-Khaththab, Utsman bin Affan, Abu Sufyan dan anaknya, Muawiyah serta beberapa orang lainnya.[1] Dalam perkembangan Islam sendiri, Rasulullah tidak hanya mementingkan urusan agama namun juga pendidikan bagi para sahabat. Sejarah telah mencatat bahwa para tawanan perang Badr dapat bebas kalau mereka membayar tebusan atau mengajarkan baca tulis bagi kaum muslim pada waktu itu. Inilah salah satu bukti bahwa pendidikan dan peradaban merupakan hal yang urgen pada masa itu.
         Penulisan al-Qur’an pun sudah mulai dilakukan semenjak masa awal kemunculan Islam. Bahkan ada beberapa sahabat yang memiliki koleksi mushaf sendiri yang didapat dan dikoreksi langsung oleh Rasulullah. Namun setelah wafatnya Rasulullah dan Islam telah menyebar ke berbagai daerah di luar jazirah Arab, terdapat perbadaan dalam membaca al-Qur’an yang akhirnya memunculkan ide untuk membuat mushaf standar yang dapat menjadi acuan bagi beberapa daerah di luar Arab. Namun permasalahan baru pun muncul terkait dengan makin banyaknya non-Arab yang mempelajari al-Qur’an dan bahasa Arab. Kesalahan dalam bacaan pun makin sering terjadi karena sulit membedakan antara huruf satu dengan yang lainnya dan juga terkait dengan i’ra>b kalimatnya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...